Preloader
Binokular Hubungi Kami
Testimoni

Gaduh Konten Dedi Mulyadi Mencoreng Reputasi Aqua

Menggunakan sedan Mercedes-Benz E-Class E300 Coupe miliknya, Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi melakukan kunjungan ke pabrik milik Danone Aqua di Jl. Kampung Salam, Ds. Darmaga, Kec. Cisalak, Subang, Jawa Barat. Sore itu (22/10), diduga kuat Dedi hendak mencari keterangan Aqua perihal kasus tabrakan beruntun setelah truk pengangkut galon Aqua menabrak lima kendaraan lain di jalan raya Bandung – Subang jalur provinsi kawasan Kampung Cileuleuy Desa Gunungtua, Kecamatan Cijambe, Subang. Insiden ini mengakibatkan tiga orang tewas dan tujuh luka-luka yang seluruh korbannya adalah rombongan acara pernikahan.

Seperti biasa, dengan setelan putih lengkap dan iket Sunda, Dedi Mulyadi atau akrab disapa KDM (Kang Dedi Mulyadi) datang dengan timnya yang terdiri dari beberapa pegawai pemerintahan Jawa Barat dan tim media sosial yang konsisten merekam kegiatan KDM untuk dijadikan konten Youtube.

Sesampainya di lokasi, KDM langsung menanyai sopir pengangkut galon Aqua perihal STNK, SIM, tonase, dan KIR dari kendaraan yang dipakai. Tidak berselang lama, datang dua perwakilan pabrik Aqua Subang mengawal KDM melihat-lihat isi pabrik, termasuk memeriksa sumber air yang dipakai untuk mengisi galon. Di sinilah kegaduhan bermula.

Tim media sosial KDM mengunggah peristiwa tersebut lewat konten di kanal pribadi KDM, Kang Dedi Mulyadi Channel pada 22 Oktober 2025.  Dalam video berjudul “SIDAK KE PERUSAHAAN AIR MINERAL | TERNYATA SUMBER AIRNYA DARI BAWAH TANAHtersebut, Gubernur Jawa Barat itu menanyakan langsung terkait sumber air yang digunakan Aqua Subang. Dalam tayangan itu, Dedi menanyakan apakah air yang digunakan berasal dari sungai atau mata air permukaan.

“Ngambil airnya dari sungai?” tanya Dedi. “Airnya dari bawah tanah, Pak,” jawab salah satu staf perusahaan dalam video tersebut. “Dikira oleh saya dari air permukaan, dari sungai atau mata air. Berarti kategorinya sumur pompa dalam?” ujar Dedi.

Percakapan di atas kemudian viral karena menjadi episentrum konten KDM. Alih-alih berfokus pada tujuan awal sidak KDM ke pabrik Aqua Subang, thumbnail video justru fokus pada sumber air Aqua yang disebut berasal dari sumur bor dalam tanah. Konten ini kemudian viral setelah ditonton 1,9 juta orang per 27 Oktober 2025.

Keterangan itu lantas memicu beragam reaksi dari masyarakat. Sebagian masyarakat menilai sumber air tersebut tidak sejalan dengan klaim “air pegunungan” yang selama ini melekat pada citra Aqua. Pasalnya, publik menilai air hasil pengeboran berbeda dengan air yang berasal langsung dari mata air pegunungan, seperti yang tampak dalam citra kemasan Aqua.

Klarifikasi Aqua

Tidak butuh waktu lama bagi Danone, pemilik merek Aqua, untuk mengklarifikasi isu ini. Pada tanggal yang sama dengan diunggahnya konten KDM, Danone sudah merilis klarifikasi tertulis di website perusahaan dengan judul “Fakta di Balik Sumber Air Aqua.” Keterangan tertulis ini meluruskan informasi perihal sumber air Aqua, isu pajak, Surat Izin Pengusahaan Air Tanah (SIPA), dampak lingkungan, hingga kontribusi sosial perusahaan.

Poin yang paling menarik perhatian tentu saja informasi tentang sumber air yang digunakan Aqua untuk mengisi galon mereka. Aqua menyampaikan setidaknya ada 19 sumber mata air pegunungan di seluruh Indonesia yang mereka pakai. Sayangnya, data di mana saja ke-19 mata air tersebut tidak diungkap ke publik. Selain itu, kriteria penentuan sumber air juga cukup ketat, Aqua mewajibkan sembilan kriteria ilmiah, lima tahapan evaluasi, dan minimal satu tahun penelitian sebelum memutuskan sebuah sumber air sebagai pemasok produk mereka.

Klarifikasi juga dihembuskan akun Instagram Aqua. Akun resmi mereka, @sehataqua dan @aqualestari menjadi corong Aqua untuk meluruskan misinformasi. Kedua akun ini secara simultan merilis tiga konten yang memuat edukasi sumber air Aqua. Sayangnya, efektivitas konten ini terasa kurang maksimal. Skeptisisme warganet yang masih tinggi, membuat konten-konten informatif Aqua tertutupi komentar negatif. 

Aqua juga hanya mengambil air dari lapisan akuifer dalam (kedalaman 60–140 meter), bukan dari air permukaan atau air tanah dangkal. Akuifer ini terlindungi secara alami oleh lapisan kedap air, sehingga bebas dari kontaminasi aktivitas manusia dan tidak mengganggu penggunaan air masyarakat. Sumber air ini kemudian dialirkan melalui pipa-pipa food grade ke titik produksi Aqua yang biasanya tidak jauh dari lokasi sumber air.

Lewat rilis ini, Aqua memastikan bahwa mereka menggunakan air dari akuifer dalam yang merupakan bagian dari sistem hidrogeologi pegunungan. Air ini terlindungi secara alami dan telah melalui proses seleksi serta kajian ilmiah oleh para ahli dari UGM dan Unpad. Aqua juga menjelaskan bagaimana mereka menjaga sumber air melalui SIPA, yang mengatur volume dan lokasi pengambilan air dengan mekanisme pemantauan ketat dari Kementerian ESDM.

Klarifikasi Aqua mendapat dukungan dari pakar hidrogeologi dari Institut Teknologi Bandung (ITB), Profesor Lambok M. Hutasoit. Seperti yang dimuat wartaekonomi.co.id, Lambok menjelaskan yang dimaksud air pegunungan yang digunakan industri  Air Minum Dalam Kemasan (AMDK) itu bukanlah langsung dari mata air yang muncul di permukaan daerah pegunungan. Menurutnya, sumber air pegunungan itu berada dalam sistem akuifer yang dihasilkan dari proses alami di pegunungan, yaitu hujan yang meresap ke dalam tanah, lalu mengalir ke sumber air dan diambil dari akuifer bawah tanah di pegunungan.

Pakar lain, Guru Besar Teknologi Geologi Universitas Gadjah Mada (UGM) Prof Dr Ir Heru Hendrayana juga turut menanggapi istilah air pegunungan. Ia menegaskan air pegunungan tidak selalu harus diambil langsung dari lokasi di puncak atau tubuh gunung. Untuk membuktikan hal tersebut diperlukan penelitian ilmiah yang cukup panjang, meliputi analisis kimia, isotop, serta kajian bawah permukaan. Menurut Prof Heru, tidak semua mata air yang muncul di wilayah pegunungan otomatis tergolong air pegunungan. Ada mata air yang terbentuk dari air hujan yang langsung meresap dan keluar kembali di batuan sekitar lereng, sehingga termasuk kategori air tanah dangkal.

Tafsir air pegunungan ini yang masih sering disalahartikan masyarakat. Mereka beranggapan bahwa air pegunungan langsung diambil dari sumber mata air permukaan yang ada di pegunungan, seperti yang juga ditafsirkan KDM dan memicu keresahan publik. Di sisi lain, anggapan sumber air Aqua dari mata air permukaan pegunungan juga lahir dari imaji mereka atas iklan-iklan yang diproduksi perusahaan, baik di ruang digital, maupun desain kemasan produk.

Polemik sumber air Aqua Subang dengan KDM sendiri sudah berakhir. Akibat konten KDM, citra Aqua dan karyawannya sempat tercoreng. KDM lalu mengunjungi pabrik Aqua Subang untuk yang kedua kalinya pada 24 Oktober 2025 (yang juga menjadi bahan kontennya dengan views lumayan). Ditemui para karyawan, KDM menegaskan tidak berniat menjatuhkan citra Aqua. Para karyawan kemudian menegaskan lagi dengan berkata, “Jadi, mata air clear ya?. “Iya, mata air clear,” jawab KDM di depan karyawan Aqua yang mengerubunginya. Meski polemik ini sudah selesai, citra Aqua kadung tercoreng dengan konten Youtube Dedi Mulyadi.

KDM Sukses Menjatuhkan Aqua

Kunjungan KDM ke pabrik Aqua Subang lebih terlihat sebagai upaya konfrontasi, alih-alih komunikasi untuk menyelesaikan suatu persoalan. Jelas ditampilkan di video, bagaimana KDM menyerang Aqua sebagai perusahaan perusak jalan karena tonase angkutan yang besar. KDM, tanpa jeda, juga terus mencecar pegawai Aqua di depan kamera tim kontennya yang menghadapi pertanyaan sporadis tanpa persiapan.

Akibatnya, citra Aqua jatuh, dianggap sebagai perusahaan yang lalai (masalah kecelakaan) dan membohongi konsumen terkait sumber mata air. Apalagi, penonton konten KDM dikenal dengan militansinya. Hasilnya sudah jelas, setelah konten KDM viral, publik beramai-ramai mengkritik Aqua. Pengamatan di X, Instagram, dan YouTube dengan social media listening tool Socindex kompak menunjukkan engagement konten yang memuat kata kunci Aqua dan Dedi Mulyadi menguat dalam lima hari terakhir.

Gabungan kata kuncidi tiga platform media sosial itu berhasil meraup 94,6 juta engagament, 21,6 ribu komentar dan cuitan, 1,9 juta likes, dan dilihat 194 juta audiens. Trafik sebesar ini tentu sangat disukai tim media sosial Dedi Mulyadi karena berkorelasi dengan eksposur yang mereka dapatkan. Sebaliknya bagi Aqua, reputasi puluhan tahun yang dibangun sedang dipertaruhkan.

Secara kronologis, trafik di ketiga platform media sosial tersebut mengalami lonjakan antara 22-23 Oktober 2025, tepat sehari saat KDM mengunggah konten sidak di kanal YouTube-nya. Lalu secara perlahan, trafik di platform X dan Instagram turun secara gradual hingga 27 Oktober 2025. Anomali justru ditemukan di Youtube, puncak pemberitaan justru terjadi pada 25 Oktober, lalu menurun sehari sesudahnya, dan kembali menanjak pada 27 Oktober. Rupanya, konten sidak Dedi yang menyebut sumber air Aqua dengan sumur bor, banyak direplikasi akun-akun lain, yang kebetulan juga mendapat banyak views.

Uniknya, percakapan di ketiga platform memiliki karakteristik yang cukup berbeda. Di Instagram misalnya, konten-konten berita dari akun resmi media massa mendominasi arah pembentukan opini. Akun dari TV One dan Inilahcom tercatat menjadi dua konten yang terpopuler. Konten @tvonenews misalnya, memuat klarifikasi Danone atas tudingan KDM. Namun, di kolom komentar, publik menghakimi Aqua sebagai perusahaan yang membohongi konsumen. Dua komentar teratas di unggahan ini bertendensi negatif dan mendapat likes cukup banyak.

Sementara konten terpopuler lain dari @inilah_com menuliskan unggahan yang tendensius. Konten dengan 157 ribu likes ini menulis caption dengan menyebut upah sopir lepas pengangkut galon Aqua dihargai tidak lebih dari biaya setengah tangki solar mereka. Bahkan, akun ini menuduh Aqua mengeksploitasi tenaga kerja dengan memeras tenaga sopir lepas. Kedua unggahan terpopuler ini, mendapat eksposur yang cukup tinggi. Dampaknya, posisi Aqua kian terjepit di tengah popularitas konten KDM.

Akun resmi Aqua di Instagram, @sehataqua juga tidak luput dari perundungan. Aqua bahkan harus mematikan kolom komentarnya akibat derasnya hujatan netizen. Sementara di akun yang lain, @aqualestari kolom komentar masih terpantau aktif dan dihujani kritikan netizen.  

Sebaliknya, percakapan lebih berimbang terjadi di platform X.  Audiens di X memandang persoalan sumber air Aqua dan kunjungan mendadak KDM tidak lebih dari pencitraan media sosial KDM. Beberapa warganet bahkan menganggap tuduhan KDM sebagai usaha black campaign terhadap Aqua. Meski tidak ada benefit bagi KDM, setidaknya isu dana mengendap Pemprov Jabar yang melibatkan aksi saling balas KDM dengan Menkeu Purbaya bisa tertutupi.

Salah satu pembelaan muncul dari akun @flowers24nic yang unggahannya di atas menjadi konten terpopuler di X dengan kata kunci Aqua. Dalam cuitan yang disukai 3,1 ribu orang tersebut, @flowers24nic menyatakan adanya kemungkinan black campaign terhadap merk Aqua. Padahal, secara regulasi, klaim sumber air pegunungan Aqua sudah benar. Secara sentimen, proporsi konten positif cukup dominan di platform X dengan 674 konten terindikasi positif, 574 konten netral, dan 518 konten yang bermuatan negatif.

Sulit sekali mencari opini positif terhadap Aqua di platform YouTube, tempat di mana semua keributan ini berasal. Di konten KDM, kritikan terhadap Aqua meluncur begitu deras, diiringi kesaksian warganet terhadap aksi pengambilan air di daerah sekitar mereka. Lainnya, menimpali pujian pada KDM karena dianggap berani membongkar “kebohongan” Aqua. Malahan, konten YouTube dari Tribunnews yang menampilkan berita klarifikasi Aqua, juga tidak luput dari serangan netizen.

Masifnya komentar miring ini berimplikasi pada tingginya sentimen negatif di YouTube, bahkan menjadi yang tertinggi di antara kedua platform lain. Socindex mencatat, ada 2.325 komentar negatif di konten-konten yang menampilkan Aqua. Sebaliknya, komentar positif yang mendukung Aqua hanya ditemukan sebanyak 1.081 komentar.

Tidak hanya di media sosial, Aqua juga berjibaku mempertahankan citra di pemberitaan media massa. Newstensity mencatat, antara 22-27 Oktober 2025 ditemukan 1.075 berita yang relevan dengan Aqua. Seperti yang sudah diduga, tendensi negatif sangat mendominasi spektrum pemberitaan Aqua.

Verifikasi manual menunjukkan berita dengan sentimen negatif mencapai 61,1 persen dari seluruh pemberitaan atau sebanyak 657 berita. Sisanya berupa 135 berita netral dan 283 berita positif. Rupanya, selain menjadi bulan-bulanan netizen, Aqua juga dihajar media dengan framing pemberitaan negatif yang cukup tinggi.

Persebaran topik yang diangkat media juga mayoritas didominasi polemik sumber air Aqua. Konten KDM, sekali lagi, mampu mengarahkan opini publik dengan derasnya pemberitaan yang juga menyebut sumur bor sebagai sumber air produksi Aqua. Tercatat, hampir separuh pemberitaan membahas perkara ini, tanpa melakukan pengecekan ulang ke Aqua (cover both sides). Malahan, narasi pemberitaan di media juga mengarah ke isu perlindungan konsumen dengan menyebut Aqua telah melakukan pembohongan publik.

Klarifikasi Aqua di media dan sejumlah pembelaan dari ahli hidrogeologi tidak mampu menyelamatkan citra Aqua di media. Sentimen negatif tetap tinggi, begitu juga dengan narasi yang dibentuk. Dari lima topik teratas, tiga topik terindikasi menyudutkan Aqua. Satu topik yang cukup positif adalah berita-berita yang memuat klarifikasi Aqua untuk menangkal krisis ini.

Uniknya, dari sepuluh media teratas, hanya suara.com dan detik.com yang tercatat sebagai media tier satu. Sisanya adalah media-media tier dua dan media tier tiga seperti arahpena.com, ftnews.co.id, dan paradapos.com. Artinya, isu ini lebih banyak tersirkulasi di media dengan audiens, kredibilitas, pengaruh, dan jangkauan yang lebih terbatas.

Epilog

Kunjungan singkat KDM – dan tim media sosialnya – sukses merusak citra Aqua. Satu videonya, lebih berbahaya ketimbang ribuan berita yang menjatuhkan. Meski sudah melakukan klarifikasi, pemulihan nama baik Aqua tidak akan terjadi dalam waktu singkat. Jika KDM berniat melakukan edukasi masalah air, eksekusinya salah karena menampilkan dan menyebut merek tertentu. Pertanyaanya, bagaimana mencegah KDM melakukan kesalahan serupa di kemudian hari? Patut diingat, KDM adalah pejabat publik yang setiap kontennya membawa konsekuensi tertentu.

Kontributor

Analisis Lainnya

Siapa yang Benar? Menilik Berbagai Survei Kinerja Setahun Prabowo-Gibran

Tanggal 20 Oktober 2025 menandai satu tahun pemerintahan Presiden Prabowo Subianto dan Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka dengan Kabinet Merah…

Dampak Senyap dari Udang Beku Cikande

Bagaimana jika makanan yang selama ini kita anggap aman ternyata membawa ancaman tak kasatmata? Di tengah panasnya isu makan bergizi…

Konversi Kritik Menjadi Dukungan ala Purbaya

Siang itu, sebuah nomor berdering di ponsel Purbaya Yudhi Sadewa yang masih menjabat sebagai Ketua Lembaga Penjamin Simpanan (LPS). Lewat…

Membaca Ulang Pidato Kontroversial Prabowo di PBB tentang Palestina

Presiden Republik Indonesia Prabowo Subianto kembali menegaskan dukungan Indonesia untuk kemerdekaan Palestina dan implementasi solusi dua negara (two-state solution). Hal…

Gagal Paham Negara Soal Anarkisme: Dari Stigma “Anarkistis” hingga Kriminalisasi Buku 

Setiap kali jika demonstrasi di Indonesia berujung ricuh, kepolisian hampir selalu menggunakan istilah “anarkistis” untuk menjelaskan peristiwa tersebut. Kosakata ini…

Kinerja TNI-Polri dan Evolusi Ketakutan Sipil

Ketika perang saudara di Inggris tahun 1642-1651, filsuf Thomas Hobbes tinggal di Prancis, mengerjakan karya filosofisnya yang dikenal sebagai mahakarya…

Pantang Mundur MBG di Tengah Banjir Kritikan dan Keracunan Massal

MBG atau yang diketahui sebagai program Makanan Bergizi Gratis masih menjadi topik yang terus diperbincangkan oleh masyarakat. Agaknya selalu ada…

17+8 Tuntutan Rakyat: Sebuah Pekerjaan Rumah Untuk Negara

Gelombang demonstrasi massa sedang melanda seluruh Indonesia. Demo massa yang dimulai dari tanggal 25 Agustus ini, telah menyebar bagai api…

Politikus Perempuan PDIP di DIY, Siapa Paling Populer?

Di tengah dinamika politik yang sering dianggap kental dengan figur laki-laki, nama Endah Subekti Kuntariningsih mencuat setelah terpilih sebagai bupati…

QRIS, dari Pasar Tradisional ke Kancah Global

Riuh suasana Pasar Gamping, DI Yogyakarta sudah mulai berkurang pagi itu. Beberapa los tampak kosong ditinggal pulang para pemiliknya yang…