Preloader
Binokular Hubungi Kami
Testimoni

Babak Ke-IV Kualifikasi Piala Dunia 2026: Terima Sorotan Warganet Kalah dari Arab Saudi, Skuad Garuda Masih Punya Harapan Bangkit Hadapi Irak

Jakarta — Meskipun akhirnya mengakui keunggulan Arab Saudi 2-3 dalam laga Grup B ronde keempat Kualifikasi Piala Dunia Zona Asia di Stadion King Abdullah Sports City, Jeddah, Kamis (9/10/2025) dini hari WIB, performa Timnas Indonesia tetap diapresiasi publik. Gelombang pemberitaan dan percakapan media sosial menyebut penampilan Timnas Garuda ꟷ menyitir kata-kata Pelatih Timnas Indonesia Patrick Kluivert ꟷ “seperti Singa”.

Timnas Indonesia sempat unggul lebih dulu melalui titik penalti yang sukses dieksekusi secara sempurna oleh Kevin Diks pada babak pertama, memanfaatkan pelanggaran handball oleh pemain Arab Saudi, Hassan Al-Tombaki. Namun tak lama berselang Saleh Abdul Alshamat menyamakan kedudukan. Tiga puluh satu menit kemudian, The Green Falcons berbalik unggul 2-1 setelah Feras Albrikan mengeksekusi pinalti karena pelanggaran yang dilakukan Yakob Sayuri. Arab Saudi semakin memperlebar jarak di menit ke-62 usai Feras Albrikan kembali mencetak gol keduanya. Skor menjadi 3-1 untuk Arab Saudi. Hingga pada menit ke-86, Indonesia memperkecil jarak ketertinggalan melalui penalti yang kembali dieksekusi oleh Kevin Diks. Skor 2-3 bertahan hingga laga dramatis  berakhir.

Menggunakan alat kerja media monitoring big data, PT Binokular Media Utama (“Binokular”) menelusuri aliran informasi yang diproduksi media massa (pers) dan percakapan publik di media sosial. Selama rentang waktu 8 Oktober (pukul 21.00) hingga 9 Oktober (pukul 9.00), riset ini memetakan sorotan berita dan dengungan social media, terkait Pertandingan Timnas Indonesia vs Arab Saudi.

Laga Para Kesatria: Dari Luka Lini Tengah Hingga Apresiasi

Kekalahan dari Arab Saudi memang terasa pahit, namun dari rahimnya lahir semangat baja yang menyatukan bangsa: Garuda Tidak Pernah Terbang Sendiri. Big data Media Monitoring Newstensity mencatat, sepanjang periode pelaporan, terdapat total 1.775 berita yang tersebar di media online, media cetak, dan media elektronik. Sementara itu, alat social media monitoring Socindex merekam 45.875 percakapan dengan 5,6 juta engagement bergaung di media sosial.

Puncak percakapan di media sosial terjadi lebih awal, pada pukul 01.00 WIB, ketika emosi masih mendidih dan pertandingan baru saja berakhir. Berbeda dengan puncak pemberitaan media massa pada pukul 04.00-9.00 WIB, yang mengindikasikan proses verifikasi dan penyusunan narasi yang matang dalam berita.

Media massa membingkai kekalahan ini melalui lensa yang konstruktif (berbeda dengan media sosial yang menojolkan spontanitas dan dominasi emosi). Dimensi konstruktif itu tampak dalam dominannya nada positif sebesar 53,1 persen, diikuti berita negatif sebesar 42,2 persen, dan hanya 4,7 persen berita bersentimen netral. Sentimen negatif media massa pun dominan berisi kritikan yang rasional, misalnya dalam sorotan terhadap performa lini tengah dan benteng pertahanan yang minim koordinasi, berkontribusi langsung pada terciptanya gol Arab Saudi.

Sebaliknya, persebaran sentimen media sosial dominan netral (42%) yang berisi diskusi real-time tentang jalannya pertandingan. Sentimen negatif tercatat sebanyak 32 persen yang berisi: Pertama, warganet mengkritik penampilan para pemain Timnas Indonesia yang bermain di Liga 1. Beberapa yang dikritik karena dinilai kurang memuaskan di antaranya Marc Klok, Yakob Sayuri, dan Beckham Putra yang turun sebagai starter, namun dianggap belum mampu memberikan kontribusi maksimal bagi tim, bahkan beberapa kali melakukan blunder yang merugikan permainan.  Secara khusus, kritikan personal warganet terhadap Marc Klok dan menuntut pengunduran dirinya dari timnas.

Kedua, Kritikan lain juga terkait provokasi memberhentikan Pelatih Timnas Indonesia melalui tagar #KluivertOut. Seruan ini muncul setelah kekalahan dari Arab Saudi. Banyak warganet membandingkan Kluivert dengan pelatih sebelumnya, Shin Tae-yong (STY). Warganet menyoroti bahwa di era STY, Timnas Indonesia pernah mengalahkan Arab Saudi dengan skor 2–0 di Stadion Gelora Bung Karno (GBK), Jakarta.

Ketiga, Kritik Strategi yang Diterapkan Patrick Kluivert. Warganet mengkritik strategi yang diterapkan Patrick Kluivert saat laga melawan Arab Saudi. Kritik tersebut mencakup pemilihan line-up yang dinilai meragukan, permainan yang tidak berkembang, dan pergantian pemain yang dianggap terlalu lambat.

Sementara itu, distribusi sentimen positif sebanyak 26% menggambarkan dukungan tanpa syarat terhadap Timnas Garuda. Manajer Social Media Big Data Analytics (Socindex) Binokular, Danu Setio Wihananto mengatakan bahwa kritikan di media sosial umumnya dilatarbelakangi oleh preseden komparatif kemenangan Timnas saat menghadapi Arab Saudi sebelumnya di Gelora Bung Karno, Jakarta saat masih dilatih Shin Tae-yong. “Namun begitu, harapan masih ada dalam sisa laga melawan Irak. Masyarakat Indonesia masih bisa sekali lagi  menaruh doa, dukungan dan harapan agar pintu Piala Dunia masih terbuka untuk Indonesia,” ujar Danu.

Meskipun demikian, baik media massa dan media sosial merekam aliran narasi positif yang mirip diantaranya: Pertama, apresiasi untuk Kevin Diks sebagai pahlawan dalam kekalahan (31 berita, 2.251 talks). Kedua, pengakuan atas semangat juang tim yang pantang menyerah (189 berita, 2.101 talks). Ketiga, Apresiasi untuk Wasit (104 berita, 991 talks).

Temuan tersebut tergambar, misalnya dalam statement Key Opinion Leader (KOL) di media massa.

Pelatih Timnas Indonesia, Patrick Kluivert, menyatakan kebanggaannya meski kecewa dengan hasil akhir. Patrick Kluivert sebagai pelatih kepala menunjukkan pendekatan kepemimpinan yang seimbang antara ketegasan dan empati. Ia memuji para pemainnya yang telah bertarung “seperti singa”. Di satu sisi ia mengakui kekurangan dan berjani melakukan evaluasi, namun di lain sisi coach Kluivert mengapresiasi dan memberikan motivasi bagi pemain serta menyusun rencana pengembangan.

Jay Idzez memberikan perspektif yang unik dari sutu pandang pemain yang mengalami langsung transformasi tim. Ia menekankan  peningkatan kohesi tim sambil pada saat yang sama mengucapkan terima kasih atas dukungan luar biasa dari supporter Indonesia, bahkan dalam kekalahan.

Dukungan moral juga datang dari Presiden RI Prabowo Subianto dan Ketua Umum (Ketum) PSSI Erick Thohir yang mendorong tim untuk segera bangkit. Erick Thohir sebagai Ketum PSSI menunjukkan kepemimpinan yang berorientasi pada solusi. Mengatasi krisis, Erick fokus pada pemulihan cepat sekaligus menetapkan target untuk fokus pada pertandingan berikutnya serentak mendorong tim untuk bangkit dari kekalahan.

Sentimen positif juga didorong oleh pujian terhadap sikap profesional wasit asal Kuwait, Ahmad Al Ali yang menunjukkan ketegasan luar biasa ketika memimpin laga. Apreasiasi tersebut sekaligus membungkam narasi kecurigaan dan ketakutan publik Indonesia terkait netralitas sang wasit.

“Sebelum laga Indonesia vs Arab saudi, publik Indonesia dan PSSI menganggap keputusan Konfederasi Sepak Bola Asia (AFC) untuk memilih Ahmad Al Ali yang berasal dari Kuwait sebagai keputusan yang tidak netral. Namun kinerjanya meruntuhkan prasangka tersebut. Bahkan Ahmad mengeluarkan 6 kartu kuning, 1 kartu merah, dan tiga penalti sepanjang 60 menit. Dua gol Indonesia tercipta melalui adu pinalti,” kata Manajer News Big Data Analytics Binokular, Nicko Mardiansyah.

Bangkit Menghadapi Singa Gurun, Irak

Kekalahan dari Arab Saudi sesungguhnya tidak menutup peluang Timnas Indonesia lolos Piala Dunia 2026. Untuk membalikan keadaan, Timnas Indonesia harus mampu membekuk Irak pada laga kedua Grup B di stadion yang sama, Minggu (12/10/2025) dini hari waktu Indonesia Bagian Barat (WIB), dengan minimal selisih dua gol atas Irak (skor 2-0). Jika skenario ini berhasil di satu sisi dan Irak sukses membungkam Arab Saudi dengan selisih satu gol di lain sisi maka ketiga tim sama-sama mengoleksi 3 poin sehingga Tim Garuda memuncaki klasemen grup karena unggul selisih gol.

Jika tidak mencapai syarat tersebut, maka satu-satunya jalan adalah Jay Idzes dkk harus menang melawan Irak dengan skor berapa pun sehingga mendapatkan poin. Meskipun menang, nasib Tim Garuda ditetap ditentukan pada pertandingan Arab Saudi bentrok Irak. Andai Arab Saudi menang, maka Irak akan tersungkur dan Indonesia dipastikan lolos ke babak 5 sebagai runner up.

Malam itu, kita tidak kehilangan apa pun kecuali satu angka. Yang kita dapatkan adalah pengakuan bahwa jiwa kesatria itu masih hidup. Kini mata tertuju pada Sabtu. Pada Irak. Pada medan laga baru di mana Garuda harus membuktikan bahwa semangat “seperti singa” bukan hanya semboyan sesaat, melainkan identitas baru. Jika Arab Saudi adalah tim dengan skill individu yang tinggi, Irak adalah benteng yang disiplin disertai fisik yang tangguh.

Mengomentari temuan di atas, Vice President Operation Binokular Big Data Analytics Ridho Marpaung menegaskan media massa memaknai kekalahan sebagai bagian dari proses pembangunan tim, sementara warganet media sosial cenderung merujuk pada hasil pertandingan, yakni menang atau kalah. Data di atas, kata Ridho, menunjukkan bahwa meski berbeda ekspresi, narasi di dua platform sama-sama mencerminkan kecintaan yang dalam terhadap timnas.

“Tantangan terbesar sekarang adalah menjembatani kesenjangan antara analisis rasional media massa dan energi emosional media sosial. Oleh karenanya melawan Irak, Indonesia membutuhkan keduanya: taktik yang cerdas dan dukungan yang membara. Ayo, Timnas Indonesia fokus bangkit hadapi Irak. Kita masih punya harapan,” tutup Ridho.

Narahubung

Siaran Pers Lainnya

Jelang Laga Timnas Indonesia vs Arab Saudi: Sentimen Positif Warganet dan Publik RI Dukung Jay Idzes dkk Mengemuka Di Tengah Keraguan dan Kekhawatiran

Jakarta — Dalam rentang waktu dua pekan terakhir, 24 September hingga 7 Oktober 2025, Tim Nasional (Timnas) Sepak Bola Indonesia…

Delapan Topik Terpopuler, Delapan Tokoh Sumber Berita Mengiringi Delapan Dekade Indonesia Merdeka

Jakarta — Dalam semarak peringatan Hari Ulang Tahun (HUT) ke-80 kemerdekaan, Indonesia berdiri di persimpangan antara sejarah dan masa depan….